March 26, 2011

Angkat Kembali Kebudayaan Aceh

on-idea - Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, Aceh perlu melakukan berbagai terobosan untuk merevitalisasi kembali kebudayaannya. Konflik dan bencana alam yang bertubi-tubi melanda Aceh, menyebabkan berbagai khasanah kebudayaan ikut terkubur.


“Apabila tidak dilakukan langlah-langkah strategis dan berkesinambungan, maka nilai-nilai peradaban Aceh akan tergerus oleh waktu. Kebudayaan dan peradaban Aceh harus diangkat kembali,”  kata Mustafa Abubakar  saat menerima kunjungan pengurus dan dewan kurator Galeri Peradaban Aceh (Gapa), LK Ara, Fikar W.Eda dan Ari Palawi, S.Sn, MA, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (25/1).

Mustafa Abubakar yang pernah menjabat Pj Gubernur Aceh pada periode transisi 2006-2007 pernah menggagas penulisan buku Aceh yang terdiri atas tujuh jilid dengan biaya Rp 7 miliar. “Waktu itu kita ingin kebudayaan Aceh dibangkitkan kembali. Mana-mana yang telah hilang kita kumpulkan dan pungut kembali,” kata  Mustafa.

Ini adalah pertemuan yang pertama antara Mustafa dengan kalangan seniman Aceh sejak menjabat sebagai Menteri BUMN. Pertemuan didahului jamuan makan siang bersama. Mustafa mnyatakan, Aceh  memiliki peradaban sendiri, itu bisa dilihat dari kesenian, teknologi dan aktivitas-aktivitas intelektual lainnya pada masa lalu. “Tapi akibat konflik berkepanjangan, lambat laun nilai-nilai peradaban Aceh ikut surut dan tertimbun. Sekarang Aceh telah Aman, dan inilah saatnya memungut kembali apa-apa yang pernah hilang,” tambah Mustafa Abubakar.

Dalam pertemuan itu, LK Ara melaporkan hasil ekspedisi ke situs-situs budaya di wilayah Meureudue, antara lain, benteng Iskandar Muda, Majis Iskandar Muda, Masjid Japakeh, Ulim Tunong, Mesjid Beuracan, Makam Tgk Chik Pantee Geulume, pengaring hikayat Malim Dagang yang memuat 3.500 bait. “Itu baru di kawasan Meuredue saja, belum lagi kita berjalan ke daerah lainnya di Aceh, makan sangat banyak ditemukan peninggalan-peninggalan jejak peradaban Aceh, “ sebut LK Ara yang telah menulis lebih dari 50 judul buku.

Ari Palawi yang menamatkan pendidikan master seni di Hawai, Amerika Serikat,  menyatakan, Galeri Peradaban Aceh (Gapa) akan mengumpulkan kembali jejak-jejak peradaban Aceh itu dan mengaktualisasikannya kembali ke tengah-tengah masyarakat. “Ekspedisi ke Meureudue merupakan salah satu bentuk dari kegiatan kami, dan kami juga akan menuliskan sejumlah buku yang berisi tentang aktivitas kebudayaan masyarakat,” kata Ari mengenai agenda Gapa.

Gapa saat ini   sedang membangun sebuah lokasi pertunjukan, pameran, kafe dan pasar seni di Banda Aceh. Di kawasan itu kelak akan dijadikan pusat aktivitas perdaban dan industri kreatif. Salah satu produk Gapa adalah  miniatur cakradonya yang contohnya diserahkan kepada Menteri Mustafa Abubakar. “Wah sangat bagus. Saya kira itu harus dikembangkan,” komentar Mustafa saat menerima miniatur cakradonya yang terbuat dari fiberglass yang dikerjakan oleh Restoe Wardhana. Mustafa lalu melentakkan miniatur cakradonya itu di lemari pajangan yang berada di salah satu sisi ruang kerja menteri.

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Silahkan Suarakan Pendapat Sobat

Untuk Membangun Blog Ini