March 23, 2011

Teror Bom Buku

on-idea - Lima bom buku yang ditujukan kepada empat tokoh masyarakat di Jakarta benar-benar telah meneror masyarakat. Ancaman teror menyebar demikian luas sehingga kita dengar puluhan paket mencurigakan dilaporkan ke polisi. Hasilnya, paket-paket itu ternyata bukan bom. Dari puluhan laporan yang masuk, hanya paket di Cibubur yang terbukti bom.


Berdasarkan data yang dihimpum Kompas hingga kemarin, Senin (21/3/2011), sedikitnya 25 pengaduan masuk ke kepolisian di wilayah Jabodetabek. Dari jumlah itu, lima paket berisi bom. Selain paket Cibubur, paket bom lain ditujukan kepada aktivis Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdalla, Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional Komjen Pol Gories Mere, Ketua Umum Partai Patriot Yapto Soerjosumarno, dan artis Ahmad Dani.

Selebihnya, paket mencurigakan yang dilaporkan berisi aneka barang seperti sepatu, kain, buku, jok mobil, bingkai foto, kaset, boneka, jas hujan, hingga cokelat. Masyarakat semakin waspada, tapi juga terbersit kegalauan. Kehidupan menjadi tidak tenang. Muncul semacam paranoia, suatu sikap yang serba curiga.

Melihat kegalauan masyarakat, Kriminolog Adrianus Meliala menilai, adalah wajar jika masyarakat merasa cemas. Namun, ia mengingatkan, agar masyarakat juga berpikir logis ketika menerima atau menemukan paket yang mencurigakan.

Siapapun, harus kroscek benarkah ada paket yang dikirimkan untuknya. Tak hanya itu, masyarakat juga perlu menilik secara kritis, para pelaku bom tentu mempunyai target-target penting dalam aksi mereka. Terbukti, paket bom buku ini ditujukan pada personal yang memiliki latar belakang berbeda dengan masyarakat awam lainnya.

"Masyarakat juga harus berpikir logis. Ketika mendapat paket dikroscek dulu, apakah paket itu benar untuk kita. Tidak langsung curiga juga. Kita juga harus pikirkan, apakah memang ada orang yang berniat memberikan teror bom pada kita, jika kita merasa diri kita dari kalangan yang biasa-biasa saja, bukan pejabat atau politikus. Apalagi jika perilaku kita dalam masyarakat tidak mengundang perbuatan-perbuatan tercela. Pikirkan, apakah kita layak mendapat paket bom itu," ungkap Adrianus Meliala.

Ia merujuk sosok Goris Mere yang menjadi salah satu sasaran paket teror. Sebelum bertugas di BNN, Goris memimpin Detasemen Khusus 88 yang selama ini sangat getol memerangi teroris. Goris dan pasukannya berhasil mengendus gembong teroris Dr Azahari di Batu, Malang, Jawa Timur. Azahari tewas diberondong peluru.

"Jadi memang mungkin ada unsur atau motif tertentu kenapa dia (Gories) dikirimi paket bom buku itu. Kalau kita merasa memang kita sendiri tidak mungkin mendapat paket seperti itu, ya jangan takut. Kecuali kalau memang benar ada orang iseng yang sengaja mengirimkan paket," jelas Adrianus.

Ia khawatir, ada pihak-pihak tertentu yang melakukan perbuatan jahil di saat masyarakat cemas menyaksikan berita-berita soal bom di media.

Paket sengaja diletakkan di tempat umum, dibuat serupa dengan paket bom buku, terlihat kabel dan juga sebuah jam tangan seolah-olah paket itu berisi bom waktu. Namun, ketika Tim Gegana sampai di tempat kejadian, dan meledakkan paket tersebut bukan berisi bahan peledak.

"Isu ini sudah mulai bergeser, dari kaca mata kriminal, ini bukan hanya masalah orang yang merakit bom dan meneror tapi juga masyarakat dibuat paranoid dengan munculnya orang iseng yang menyebabkan keisengan-keisengan dengan memberikan atau menaruh paket-paket seolah-seolah berisi berbahan peledak. Keisengan ini sudah melewati batas dan tindakan yang sangat keterlaluan," tegas Adrianus.

Polisi, lanjut Adrianus, sebaiknya bukan hanya mencari pelaku bom sesungguhnya, tapi juga kelompok yang iseng dan menambah keresahan masyarakat. Tindakan yang dilakukan orang-orang tak bertanggungjawab itu bisa termasuk dalam tindakan pidana karena mengganggu ketertiban umum.

"Hal ini bisa masuk dalam tindak pidana, karena mengganggu kenyamanan orang lain. Oleh karena itu polisi, harusnya juga sudah mulai mengejar juga orang-orang yang iseng, dan diberikan hukuman, agar orang-orang iseng lainnya menjadi gentar dan kapok melakukannya lagi. Satu saja orang iseng ditangkap, tentu itu akan menimbulkan efek jera bagi yang lain," kata Adrianus.

Para pelaku teror bom iseng ini bisa dijerat dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Hal tersebut, menurut Adrianus, juga pernah dilakukan kepolisian pada beberapa para pelaku teror bom lewat SMS. Apa pun yang menyangkut gangguan terhadap keamanan masyarakat, menurut dia, harus ditindak tegas secara hukum agar kejadian-kejadian yang sama tidak berulang lagi.

Keresahan masyarakat ini pun dirasakan polisi. Kepala Bagian Penerangan Mabes Polri Kombes (Pol) Boy Rafli Amar mengharapkan masyarakat tetap waspada dan tetap percaya bahwa polisi mampu memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat.

"Masalah bom, maupun beberapa paket yang bukan berisi bahan peledak yang ditemukan oleh masyarakat dan dilaporkan pada Polri, kami mengucapkan terimakasih atas info yang diadukan masyarakat kepada kami. Kepolisian kembali tetap mengimbau masyarakat tidak perlu panik. Jangan khawatir, berikan kepercayaan sepenuhnya pada pihak kepolisian. Kami akan melakukan langkah-langkah keamanan terhadap benda-benda yang dicurigai," ungkap Kombes (Pol) Boy Rafli Amar di Mabes Polri.

Boy juga meminta agar media massa tidak mengekspos secara berlebihan peristiwa-peristiwa penemuan paket yang ternyata bukan bom sehingga masyarakat yang menjadi penyimak informasi pun tidak menjadi semakin panik dan paranoid.

Masyarakat yang sudah telanjur panik dan takut atas berbagai isu, lanjut Boy, jangan ragu untuk tetap aktif melaporkan pada pihak Kepolisian terhadap temuan barang maupun, orang-orang asing yang mencurigakan di lingkungan mereka.

"Masyarakat tidak perlu ragu-ragu karena itu kewajiban kepolisian untuk memberikan pelayanan terbaik. Jika ada informasi orang-orang yang dicurigai di tempat tinggal masyarakat, maupun ada paket-paket mencurigakan tetap berikan informasi kepada kami sehingga polisi bisa mengecek lebih lanjut," imbuh Boy.

Ia menegaskan, masyarakat perlu menyadari paket bom buku yang beredar menunjukkan bahwa teroris masih ada di tengah-tengah kita.

"Fakta menunjukkan ternyata mereka (teroris) masih melakukan kegiatan-kegiatan seperti itu. Siapa mereka? Dugaaan ke arah itu ada, tapi kita harus tunggu dulu fakta-faktanya. Yang perlu diingat agar kita tetap waspada, ternyata pelaku teror masih ada di tengah kita," ungkap Boy.

Sumber : www.kompas.com

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Silahkan Suarakan Pendapat Sobat

Untuk Membangun Blog Ini