April 7, 2011

"Jepang" Pelecehan Rp.103.000,-

on-idea - Perusahaan Tokyo Electronic Power Co. (Tepco) mulai membagikan uang kompensasi kerugian atas krisis reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi.

Namun, jumlahnya yang kecil dinilai tidak sepadan dengan penderitaan dan pengorbanan warga yang terpaksa mengungsi akibat krisis nuklir.

Seperti dilansir dari laman CNN, Selasa, 5 April 2011, Tepco sejak 31 Maret lalu telah membagikan uang kompensasi kepada warga di sepuluh kota yang terletak dekat dengan PLTN. Namun, salah satu kota, yaitu kota Namie, menolak menerima uang tersebut.

Walikota Namie, Tamotsu Baba, mengatakan bahwa kompensasi dari Tepco telah melecehkan kehidupan mereka dan pengorbanan yang selama ini mereka lakukan.

"Warga kami menderita, dan semua yang telah kami bangun telah hancur. Dimana permintaan maaf secara langsung? Karena jumlah tersebut jelas sangat kecil," ujar Baba.

Pernyataan Baba bukannya tidak beralasan. Kompensasi yang diberikan Tepco kepada seluruh penduduk kota Namie yang berjumlah sekitar 20.000 orang terbilang sangat kecil, jauh dari kerugian yang mereka alami.

Tepco tidak memberikan rincian jumlah kompensasi yang mereka berikan kepada warga, namun salah satu pegawai pemerintahan Namie, Kousei Negishi, mengatakan bahwa Tepco memberikan 20 juta yen atau sekitar Rp 2 miliar untuk penduduk Namie, berarti setiap warganya hanya memperoleh sekitar US$12 (Rp103.000).

Tepco mengatakan bahwa kompensasi ini adalah kompensasi awal, dan bukan bukan kompensasi untuk pembayaran kerugian akibat krisis nuklir di PLTN Fukushima Daiichi. Tepco menjanjikan kompensasi lebih besar akan menyusul, setelah mereka selesai menghitung berapa biaya kerugian masyarakat akibat krisis tersebut.

Penjelasan dari Tepco tidak dipedulikan oleh warga yang sudah terlanjur kecewa. Mereka dilaporkan telah melayangkan surat keluhan ganti rugi Tepco kepada pemerintahan Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan.

"Kami tidak tahu apakah Tepco merasakan apa yang telah kami lalui," ujar Katsuya Endo, walikota Tomioka, salah satu kota yang dievakuasi pada krisis nuklir.

Sejak krisis nuklir terjadi pasca gempa bumi dan tsunami 11 Maret lalu, puluhan ribu warga yang tinggal di radius lebih dari 20 km terpaksa diungsikan. Selama mengungsi, warga kehilangan pemasukan karena tidak dapat bekerja.

Jika tetap membandel untuk bekerja, maka resiko terpapar radiasi dari reaktor nuklir yang rusak akan sangat fatal, diantaranya adalah terjangkit penyakit kanker.

4 komentar:

Iskaruji dot com said...

Oh my...ternyata penanganan musibah yang terjadi di Jepang juga mengalamai hal yang serupa seperti di Indonesia. Bedanya dijepang penolakan dipimpin langsung sama walikota-nya, kalo di Indonesia dipimpin sama provokator-nya...hehe

Informative post! happy blogging!

on-idea said...

@sob Iskaruji : sama² negara asia, sedikitnya pasti sama tingkahnya. tapi jepang lebih sigap nanganin masalah bencana. kalau indonesia harus rapat dulu ngitung uang masuk dompet pejabat, baru deh 2 tahun kelar daerah bencana,itu pun belum pasti..hihihihi

www.menjelma.com said...

:10 amng2 bener mantap jepang,, kalao toko tu ibarat TOSERBA gitu,,,

on-idea said...

@menjelma : benar kata sobat, kapan ya bisa kesana borong belanjaan canggih ,, hahahaha

makasih gan sudah mau berkomentar

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Silahkan Suarakan Pendapat Sobat

Untuk Membangun Blog Ini